Beberapa
minggu yang lalu, saya bersama teman-teman sempat berdiskusi tentang keadaan
negara kita yang saat ini mulai “kurang” dicintai, bahkan mulai terlupakan.
Salah satu teman saya bertanya kepada saya, “apa yang kamu banggakan dari
indonesia?” dengan tegas saya mengatakan “saya bangga dengan Budaya Indonesia”.
Kenapa demikian karena budaya kita yang mendewasakan kita dan negara ini, yang
membawa negara ini pada kemerdekaan yang dirindukan pada zaman dahulu hingga
akhirnya kita bisa benar-benar merdeka dari bangsa yang menjajah kita.
saat
ini budaya kita perlahan luntur dan mulai sirna, bahkan banyak orang yang mulai
malu menjadi anak Indonesia. Saat ini negara kita berada pada ujung kehancuran
dan sedikit lagi orang yang peduli dan memikirkan hal ini, terutama generasi
muda kita. Kenapa demikian, hal ini tidak terlepas pada peran budaya asing yang
mulai masuk dan menjajah budaya kita dari berbagai macam media.
Sekarang
saya mengajak kita untuk membahas permasalahan SARA, berbagai isu menyangkut
SARA bukan hal baru bagi kita, keegoisan orang/kelompok yang memaksakan
ideologinya untuk diterima dan digunakan membuat berbagai macam gejolak, pro
dan kontra menghiasi ranah keharmonisan kita di negara ini. Munculnya ideologi
baru ini yang merusak citra negara kita yang selama ini menjadi wadah pemersatu
kita.
Ketidak
harmonisan bangsa ini saat ini di sebabkan karena tidak ada lagi rasa semangat
persatuan kita untuk kekuatan bangsa ini, dan bahkan sudah mulai di hancurkan
tanpa kita sadari. Kembali lagi ke budaya, peran penting budaya dari bersatunya
NKRI ini adalah karena budaya kita mengajarkan kita tentang sikap gotong
royong, sikap yang mengajak bangsa ini untuk bersama-sama mengatasi setiap
masalah, sikap berbagi satu sama lainnya atau kata lainnya sikap kekeluargaan.
Budaya yang satu inilah yang saat ini benar-benar minim dan bahkan sulit untuk
di jumpai saat ini, karena sikap dan karakter individualisme yang hanya mencari
kebutuhan dan keuntungan pribadi saja. Kemajuan teknologi dan kemudahan hidup
menjadi salah satu yang berperan dalam perubahan budaya ini, merasa mampu
sendiri dan tak lagi memerlukan orang lain. Hal ini dapat di buktikan secara
kasat mata dengan dua tempat, yaitu KOTA dan DESA. Kedua tempat ini pasti sudah
pernah kita kunjungi, daerah perkotaan dengan ciri khas tembok pembatas rumah
yang menjulang tinggi, takut kemalingan dan kehilangan harta benda mereka,
sedangkan daerah pedesaan dengan hanya rumput yang memisahkan rumah satu dengan
yang lainnya, dan di tempat ini juga kita dapat menemukan sikap gotong royong
yang masih di jaga agar tetap lestari, kedamaian di dua tempat ini juga jelas
terlihat dengan kasat mata.
Hanya saja
saat ini daerah pedesaan yang asri perlahan namun pasti, mulai rusak dengan
masuknya kemajuan teknologi. Kurangnya perhatian masyarakat dan pemerintah
dalam memfilter hal ini yang menyebabkan rusaknya budaya lokal termasuk budaya
gotong royong yang selama ini di jaga agar tetap lestari.
Hal inilah
yang perlu menjadi perhatian khusus dari kita, sikap gotong royong sudah jelas
terbukti telah sukses menjadi salah satu sikap yang membawa kita ke kemerdekaan
negara ini, yang dapat menyatukan NKRI dengan sejuta perbedaannya. Sikap gotong
royong juga yang menjadi pemacu semangat kita dalam membangun negara ini yang
jelas tercantum dalam Sila Pancasila yang ke-3 “Persatuan Indonesia” dan saat
ini ketika sikap gotong royong mulai luntur, terlihat bagaimana mulai rusakknya
negeri ini, mulai dari bagian atas (pemerintah) hingga ke bawah (masyarakat)
memang tidak seluruhnya, hanya saja ketika hal ini tidak menjadi perhatian
kita, sudah terbayang apa yang terjadi.
Dari referensi
di atas, semoga meningkatkan dan menyadarkan kita untuk terus menjaga budaya
kita, budaya gotong royong.
Salam Budaya Merdeka
No comments:
Post a Comment
Mari saling Melengkapi
Berkomentarlah dengan Menunjukkan Budaya Sopan dan Kritik yang Membangun.
Salam Budaya Merdeka ...!